Dikisahkan ada sepasang suami istri muda, hidup sederhana di sebuah komplek perkampungan. Mereka terbilang sangat gigih mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Apa saja usaha asalkan itu menghasilkan uang dan halal untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, pasti dilakukan. Semangat juang banting tulang mereka untuk menopang kebutuhan hidup dalam rumah tangga sangat salut diberi acungan jempol. Tapi anehnya, meski mereka giat bekerja mencari nafkah, kehidupan mereka tidak berubah menjadi orang kaya dan justru malah banyak di buli oleh warga kampung sekitar.
Pekerjaan pasangan suami istri ini dulunya sebagai penggarap kebun milik orang dan mereka hanya diberi upah dua puluh lima persen dari hasil panen terjual. Merasa kurang puas dengan pendapatan yang diperoleh akhirnya memutuskan untuk beralih profesi sebagai pedagang buah. Kurang lebih dua tahun menjadi pedagang buah, alhasil keuntungan yang diperoleh walaupun kecil mereka tabung hingga merasa sudah cukup dan memutuskan untuk membeli motor meskipun bekas tapi layak pakai.
Hari terus berganti, matahari kehidupan dalam rumah tangga mereka yang tadinya bersinar kini mulai redup. Cekcok dalam rumah tangga mulai menghiasi kehidupan mereka, tapi kedua pasangan suami istri ini masih terus mempertahankan bahtera rumah tangganya. Sampai pada satu titik, akhirnya mereka memutuskan menjalani usahanya sendiri-sendiri. Sang suami memilih profesi ojek online dan sang istri memilih dagang nasi kuning di rumah yang kebetulan dekat sekolah.
Ternyata apa yang menjadi putusan mereka untuk memilih usaha sendiri-sendiri, terbilang mendatangkan pasang surut kehidupan dalam hal finansial. Terkadang sehari sang suami tidak mendapatkan penghasilan apa-apa jika musim hujan berkepanjangan. Sebaliknya juga sang istri mengalami kerugian jika nasi kuning yang dijual tidak laku. Tapi mereka terus bertahan dan terus mencari hal baru.
Suatu ketika, di pagi hari sang suami mendapat orderan online dari handphone aplikasinya berupah pesanan lima bungkus makanan dari pelanggan untuk diantarkan ke sebuah instansi swasta. Dengan segera sang suami bergegas membeli dan mengantarkan pesanan itu ke titik lokasi yang dituju. Sesampainya disana, nampak terlihat ada banyak orang berkumpul dihalaman instansi itu, sepertinya mereka baru saja selesai berolahraga pagi. Dengan sikap ramah menghampiri dan memberi salam lalu menyerahkan lima bungkus makanan pada pelanggannya. Tanpa basa-basi panjang lebar, selesai transaksi ia lalu kembali ke rumah.
Sesampai di rumah ia seperti dalam keadaan merenung akan orderan yang diantarkannya tadi. Terbesit dalam pikiran, sekiranya yang diantarkan itu pesanan lima bungkus nasi kuning buatan istrinya, pasti nasi kuning istrinya akan cepat habis terjual. Mulai saat itu, setiap kali ada pesanan makanan dari aplikasinya untuk diantarkan ke pelanggan, ia selalu membawa beberapa bungkus nasi kuning buatan istrinya untuk di promosi jualan ofline ke pelanggan. Alhasil ia bisa menjual sehari dua belas bungkus nasi kuning buatan istrinya. Bahkan sampai sekarang sudah banyak pelanggannya yang memesan secara ofline untuk nasi kuning buatan istrinya.
Nah, sobat pembaca..! Dari kisah diatas ada pesan moral untuk dijadikan pembelajaran buat kita. Bahwa roda kehidupan terus berputar dan bagi mereka yang malas, kurang berinisiatif mencari jalan maka akan tertindas oleh waktu. Semangat pantang menyerah dan terus berinovasi akan membuka jalan meraih kesuksesan. Hanya saja ada sebagian orang terkadang untuk meraih sukses itu ditempuh dengan cara yang tidak disukai Sang Maha Pemberi rezeki.
Semoga bermanfaat,...