Banyak memang alasan yang membuat diri kita berhenti bertindak. Ada saja hal yang bisa kita jadikan pembenaran atas kegagalan yang kita alami. Satu yang sering dijadikan alasan itu adalah kelemahan diri.
Kelemahan diri yang dimaksud bisa berbentuk apa saja. Banyak orang berkata, "Saya tidak punya modal". Sebagian yang lain juga mengatakan, "Saya tidak punya waktu yang lebih banyak seperti mereka", "Ilmu Saya dibidang itu masih minim", atau "Fisik Saya tidak mendukung". Dan alasan lain sebagainya.
Intinya kelemahan yang kita miliki sering dipersepsikan sebagai halangan besar untuk melangkah menuju kesuksesan. Tapi sebenarnya tidak ada alasan bahwa kelemahan bukanlah hambatan meraih kesuksesan. Siapa bilang kelemahan dan keterbatasan diri akan menghambat kesuksesan? Yang banyak terjadi sebenarnya, kelemahan hanya dijadikan motif lemahnya kemauan. Padahal setiap kita telah diberikan modal utama sejak lahir, yakni akal dan pikiran yang sama. Namun saja akal dan pikiran itu tidak berkembang baik dalam diri masing-masing kita.
Meskipun disadari bahwa setiap orang memiliki kelemahan, tidak terkecuali para juara namun kelemahan itu tidak untuk diratapi. Para juara memahami kelemahan diri mereka, tapi kemudian melakukan hal-hal terbaik untuk menutupi kelemahan itu. Seperti pemain bintang lapangan sepakbola peraih gelar empat kali berturut-turut yang di sabetnya sebagai pemain terbaik dunia, siapa lagi kalau bukan Lionel Messi. Prestasi yang ia torehkan memang sangat mengagumkan. Betapa tidak rekor demi rekor satu persatu dipecahkannya. Sukses besar orang ini berbanding terbalik dengan fisiknya.
Pria ini memang memiliki kekurangan fisik berupa tinggi badan yang relatif pendek, dibawah rata-rata pemain sepakbola pada umumnya. Suatu kondisi yang sering dianggap sebagai kekurangan di dunia olahraga sepakbola. Tapi soal kepiawaian dalam menggiring sekulit bundar jangan ditanya. Saat ia menggiring bola, sangat sulit bagi lawan untuk merebutnya. Saat diwawancarai oleh banyak media tentang tinggi badannya, Messi pernah menjawab, "Menjadi lebih kecil dari yang lain membuat Saya berusaha menjadi lebih cepat. Pencemooh, pengkritik dan penentang membuat Saya lebih memiliki tekad dari sebelumnya. Dengan dukungan keluarga, Saya pindah ke spanyol dengan kesempatan bermain untuk Barca. Ini kesempatan menjadi pemain yang selama ini Saya impikan dan bisa Saya alami", Ujar Messi.
Dari kilas cerita diatas sebenarnya dengan sudut pandang yang tepat, kelemahan diri bisa menjadi pemicu semangat kita. Kelemahan tersebut bisa dijadikan titik tolak ukur memicu diri untuk menjadi lebih baik bahkan melampaui kelemahan itu sendiri. Adanya kelemahan seharusnya membuat kita terpacu menggali potensi yang kita miliki. Setiap kita tentu memiliki potensi masing-masing. Sehebat apapun seseorang disuatu bidang, belum tentu lebih hebat dari kita dibidang lain yang lebih kita kuasai.
Jadi, daripada meratapi dan menjadikan kelemahan sebagai alasan, jauh lebih bijak jika kita memacu potensi yang kita miliki. Banyak diantara kita yang selama ini belum benar-benar menyadari potensi diri. Itulah pekerjaan besar yang harus kita lakukan. Terus menggali kelebihan yang kita punya, selanjutnya menjadikan kelebihan itu senjata untuk mencapai tujuan.
Kesuksesan tidak pernah bisa kita raih manakala kelemahan diri menjadi alasan untuk bertindak. Sebagai manusia, tentulah kita tidak bisa melepaskan diri dari ketidaksempurnaan. Karena sejatinya, tidak ada manusia yang sempurna dan kesempurnaan hanyalah milik Tuhan. Yang harus kita miliki adalah sudut pandang positif atas kelemahan yang ada. Kelemahan bukanlah sesuatu yang harus diratapi, justru menjadikan pemicu untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Menjadi penyuntik semangat kita terpacu dalam menggali berbagai potensi terpendam yang mungkin ada dalam diri kita.
0 komentar:
Post a Comment