Merangkul Setiap Perubahan
Setiap masa memiliki karakteristik masing-masing. Artinya, setiap zaman pasti mengalami perubahan setiap waktu. Jika sebuah perusahan mampu berkembang dan terus berdiri melewati beberapa generasi maka pasti telah banyak bersinggungan dengan berbagai perubahan. Dengan kata lain perusahan pasti telah melakukan berbagai penyesuaian agar tetap eksis. Perusahan yang tidak bisa mengikuti perubahan dan perkembangan zaman akan tersingkir dari persaingan. Maka, setiap perusahan harus mampu beradaptasi terhadap segala perubahan.
Menyadari hal ini bahwa perubahan tidak mungkin dilawan. Oleh sebab itu, sikap yang sebaiknya diambil adalah merangkulnya. Merangkul setiap perubahan memang penting karena hal ini berkaitan dengan perubahan masyarakat secara global. Jika tidak mampu mengikuti perubahan yang terjadi di masyarakat maka perusahan anda akan ditinggalkan oleh mereka. Hal tersebut berarti perusahan anda sedang berjalan mundur atau melangkah menuju kebangkrutan.
Berkaitan dengan perubahan, Anda sebaiknya belajar dari kasus perusahan besar sekelas Nokia. Sebagaimana diketahui bersama, produk telepon seluler nokia sempat cukup lama menjadi penguasa tunggal sebelum akhirnya tumbang. Kini kejayaan nokia boleh dibilang tinggal kenangan. Padahal dimasa lalu merek ponsel ini begitu tersohor di seluruh dunia. Namun akibat ketidakmampuan mengikuti arus perubahan dan harus bersaing dengan banyak produk lain yang telah mengikuti perkembangan zaman, membuat produk ponsel nokia tidak lagi diminati publik.
Setidaknya ada tiga penyebab utama yang memicu kemunduran perusahan Nokia, yakni :
Pertama : Nokia bergerak lambat dalam merespon perubahan. Persaingan perangkat telepon seluler sebenarnya mulai panas pada tahun 2007 ketika Apple merilis iphone pertamanya. Saat itu Nokia masih setia dengan platform symbian hingga 2011. Ketika telah semakin banyak pesaing kuat bermunculan seperti Blackberry dan Android, barulah Nokia tersadar dari tidur panjangnya. Mereka pun melirik sistem operasi dari Microsoft, yakni Windows Phone.
Akan tetapi, pilihan nokia tersebut oleh banyak pihak justru disebut-sebut sebagai blunder. Pasalnya sistem operasi microsoft tergolong masih mentah dan belum banyak mendukung fitur-fitur canggih sebagaimana para pesaingnya, yakni Android, iOS, dan Blackberry. Terlepas dari semua itu, harus diakui bahwa Nokia terlalu lambat dalam mengambil keputusan dengan membuang-buang waktu hingga sekitar 5 tahun, hanya untuk memilih sistem operasi baru. Maka sangat wajar bila akhirnya Nokia kehilangan loyalitas pengguna. Sebagian besar dari mereka beralih untuk menggunakan ponsel dengan sistem operasi baru yang jauh lebih mudah dan cepat dalam mengakses internet
Kedua : Penetrasi produk smart phone asal Tiongkok di pasaran. Nokia bukan hanya terlalu lambat dalam bergerak tetapi juga tidak menyadari bahaya lain berupah maraknya kompetitor baru. Siapa sangka begitu sistem operasi Android mulai diminati publik, produsen-produsen smart phone asal Tiongkok mulai meramaikan pasar ponsel. Beberapa merek baru pun bermunculan, mulai dari yang benar-benar baru sampai perusahan yang semula hanya berkonsentrasi di bidang komputer. Situasi tersebut semakin membuat Nokia kehilangan pesonanya di mata konsumen.
Pasar kemudian diambil alih oleh kompetitor yang selama ini kurang diwaspadai oleh Nokia. Para pecinta teknologi terbaru dari berbagai kalangan tidak ragu untuk meninggalkan produk Nokia. Kalangan ekonomi atas memilih beralih ke produk iPhone buatan Apple. Adapun kalangan ekonomi bawah dan menengah menyukai merek-merek smart phone buatan Tiongkok dan Korea.
Ketiga : Citra Nokia dianggap sudah usang. Keterlambatan di dalam merespons perubahan pasar menyebabkan nama Nokia dianggap ketinggalan zaman oleh konsumen. Nokia dianggap gagal berinovasi dan mengadopsi kebutuhan pasar yang dinamis. Di saat yang bersamaan, para pesaing justru sanggup mencuri perhatian pasar dengan inovasi-inovasi yang cemerlang.
Kondisi tersebut ternyata tidak lantas membuat Nokia cepat sadar dan berbenah. Disaat banyak orang semakin asyik dan nyaman menggunakan sistem operasi Android, Nokia tetap mempertahankan produk lama berbasis symbian sembari memperkenalkan produk baru, yakni Windows phone. Sayangnya, produk tersebut masih jauh dari kesan mudah digunakan. Akibatnya Nokia semakin terpuruk hingga akhirnya gulung tikar dan diambil alih oleh Microsoft.
Pelajaran yang bisa dipetik dari kasus tersebut tidak lain adalah harus cepat merespon setiap perubahan yang terjadi. Jangan sampai melawan perubahan karena hal itu akan menyebabkan situasi menjadi lebih sulit. Bila peralatan perusahan sudah kuno dan ada alat lain yang lebih baik, jangan membatasi karyawan dengan dalih efisiensi atau penghemat biaya. Segera berikan mereka alat baru yang dapat mendukung tumbuhnya semangat sekaligus peningkatan kinerja perusahan. ila komputer karyawan sudah kuno dan sering bermasalah maka hal itu menghambat pekerjaannya. Berikan ia komputer baru sesuai dengan spesifikasi kerjanya.
Dengan merangkul setiap perubahan, bukan hanya membangun dan mempertahankan perusahan di tengah persaingan pasar. Hal lain yang tidak kalah penting dari itu adalah dapat memupuk semangat kerja para karyawan. Sebab pekerjaan yang dilakukan menjadi lebih dinamis dan adaptif.
0 komentar:
Post a Comment