Persahabatan yang tidak baik
Saya pernah menghadiri sebuah undangan makan malam di rumah kawan. Di rumah itu hadir sekitar dua puluh orang. Mereka berbincang-bincang tentang politik dan mencaci maki para tokohnya. Tidak lama kemudian, tema pembicaraan beralih ke topik problem kehidupan dan kondisi psikologis yang terjadi pada kami. Selanjutnya beralih pada pembicaraan pada orang lain dengan cara-cara negatif. Dan saat ini saya mulai merasa tidak nyaman. Maka setelah mengucapkan terima kasih kepada kawan, saya langsung bergegas pamit pulang. Setiba di rumah, apa yang terjadi di sana saya tulis dalam agenda. Ternyata pikiran negatif mengundang daya tarik pikiran sejenis dan mengundang banyak hal, seperti yang berlaku dalam hukum gravitasi.
Jadi, persahabatan yang tidak baik menyebabkan kitaberkonsentrasi pada hal-hal negatif. Akal pun membuka file-file negatif hingga menghasilkan sesuatu yang serupa dengannya. Hal ini mengingatkan saya pada sebuah pepatah Arab yang mengatakan, "Teman duduk seseorang menggambarkan dirinya". Ternyata pikiran negatif menjadikan bahasa seseorang menjadi negatif dan yang mendengar hanya keluhan. Hal itu membuat orang-orang yang berpikir positif tidak tertarik untuk berinteraksi dengannya. Sebab orang-orang yang berpikir positif memiliki pola pikir berorientasi pada solusi, maju dan berkembang. Sementara orang-orang yang berpikir negatif hanya berkutat pada problem menular pada orang lain.
Hal ini mengingatkan saya pada seorang ibu dengan kisahnya tentang "Rahasia Keberhasilan Hubungan Suami Istri". Ia berkata pada saya tentang pikiran negatif yang dirasakan kebenarannya. Tidak salah jika saya katakan bahwa pikiran negatif dapat menyebabkan sebuah perceraian. Dimana suaminya tidak lagi memperhatikannya seperti dulu. Ia selalu berpikir dan membanding-bandingkan bahwa hubungan mereka sudah tidak semanis seperti yang dulu. Ia mulai meragukan : jangan-jangan suaminya menjalin hubungan gelap dengan perempuan lain. Pikiran negatif ini meracuni otaknya hingga seperti tidak waras lagi. Suatu hari Ia datang memenuhi undangan dari temannya dan saat itu Ia menceritakan perasaannya pada temannya. Ternyata temannya sependapat dengannya. Temannya mengaku mengalami hal yang sama. Tidak lama kemudian, ia memergoki suaminya bermesraan dengan perempuan lain. Sang suami tentu tidak bisa mengelak. Namun, ia berjanji untuk meninggalkan wanita simpanannya. Dan benar, suaminya pun menepati janjinya. Tetapi sejak saat itu, ia tidak lagi percaya pada suaminya. Bahkan tekadnya untuk minta cerai sudah bulat.
Selanjutnya ia berkata pada saya, "Aku benar-benar terpukul. Di rumah aku menunggu suamiku pulang. Setelah ia datang, aku menyambutnya sesuai nyala pikiranku. Ia tidak meladaniku. Ia justru memintaku membuktikan sendiri untuk memastikan bahwa ia bekerja berjam-jam untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan anak-anak agar dapat hidup dengan layak. Saat itu aku merasa sedikit lega, tetapi ucapan temanku tetap terngiang-ngiang di telingaku sepanjang malam. Akibatnya, aku tak bisa memejamkan mata saat tidur. Hari berikutnya ia menghubungi seorang kawan dan memintanya memata-matai suaminya. Ia hanya ingin memastikan kalau suaminya tidak mngkhianatinya. Dan ternyata benar, suaminya dizalimi kecurigaannya. Sebab suaminya benar-benar bekerja keras sepanjang hari bahkan juga melakukan pekerjaan lain untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupan keluarganya. Sampai akhirnya ia mulai merasa lega, tapi juga resah karena pikiran negatif yang muncul dibenaknya banyak mengundang pikiran negatif lainnya.
Jadi, seseorang yang berpikir negatif akan mendapatkan penguatnya. maka terjadilah semacam pembenaran dan menambah problem semakin kompleks. Ada sebuah Pepatah mengatakan, "Kesengsaraan menarik kesengsaraan lain. Orang yang sengsara menarik orang lain ikut sengsara pula".
Pikiran negatif inilah membuat seseorang merasa senang pada orang yang mendukung pendapat negatifnya dan orang yang memiliki pikiran sejenis dengannya. Entah, pikiran negatif melahirkan persahabatan yang negatif, ataupun lainnya sehingga memperkuat pikiran negatif tersebut. Dengan begitu orang tersebut hidup dalam rotasi negatif. Tak pelak permasalahan yang dihadapi semakin membesar dan hidupnya semakin terarah.
0 komentar:
Post a Comment